Stunting: Masalah Kesehatan yang Menghambat Potensi Anak
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, terutama pada seratus hari pertama kehidupan, yaitu sejak kehamilan hingga dua tahun pertama. Anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya, yang menandakan bahwa pertumbuhan fisik mereka terhambat. Selain itu, stunting juga berhubungan dengan gangguan perkembangan kognitif, fisik, dan kemampuan sosial yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka dalam jangka panjang.
Stunting terjadi karena beberapa faktor yang saling berkaitan, antara lain: Asupan gizi yang tidak mencukupi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, menjadi salah satu penyebab utama stunting. Makanan yang kurang bergizi, seperti kekurangan protein, vitamin, dan mineral, dapat menghambat pertumbuhan anak. Kedua, anak yang sering terpapar infeksi, terutama infeksi saluran pencernaan, dapat mengalami gangguan penyerapan nutrisi, yang mengarah pada malnutrisi dan stunting.
Keluarga dengan pendapatan rendah seringkali kesulitan untuk menyediakan makanan bergizi. Selain itu, akses terhadap fasilitas kesehatan dan sanitasi yang buruk juga dapat meningkatkan risiko stunting. Selanjutnya, kurangnya perhatian pada kesehatan ibu hamil dan kurangnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan anak turut mempengaruhi risiko stunting. Ibu yang kurang memperoleh gizi yang baik atau mengalami anemia dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, yang lebih rentan mengalami stunting.
Yang tidak kalah penting, pola asuh yang tidak tepat dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya pemberian makanan bergizi juga menjadi faktor risiko. Di beberapa daerah, budaya makan yang tidak mengutamakan gizi seimbang atau pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat waktu turut memperburuk masalah stunting.
Stunting tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga mempengaruhi perkembangan otak dan kemampuan belajar anak. Anak yang stunting berisiko mengalami gangguan perkembangan kognitif, seperti kesulitan belajar di sekolah, kemampuan bicara yang terlambat, serta penurunan kemampuan memori. Selain itu, mereka juga lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Stunting pada anak dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka dalam jangka panjang, bahkan hingga dewasa. Stunting yang terjadi pada masa balita dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan fisik dan intelektual yang akan berdampak pada kualitas pekerjaan dan penghasilan di masa depan. Selain itu, individu yang stunting cenderung memiliki risiko lebih tinggi terhadap berbagai penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas, saat mereka dewasa.
Untuk mencegah terjadinya stunting, diperlukan upaya penanggulangan stunting yang membutuhkan pendekatan yang komprehensif, mulai dari perbaikan pola makan, peningkatan status gizi, perbaikan sanitasi, hingga edukasi kepada orang tua. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi prevalensi stunting antara lain:
- Pemberian Makanan Bergizi
Memastikan ibu hamil mendapatkan gizi yang cukup dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Selain itu, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan anak dan melanjutkannya dengan makanan pendamping ASI yang bergizi seimbang sangat penting dalam mencegah stunting.
- Peningkatan Akses Kesehatan
Penyuluhan kepada orang tua mengenai pentingnya pemeriksaan kesehatan berkala bagi anak dan vaksinasi lengkap dapat membantu menurunkan angka infeksi yang berkontribusi terhadap stunting.
- Penyediaan Sanitasi yang Baik
Meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai dapat mengurangi risiko infeksi, terutama infeksi saluran pencernaan yang sering terjadi pada anak-anak.
- Edukasi kepada Orang Tua
Penyuluhan tentang pola makan sehat dan pentingnya gizi yang seimbang sangat penting untuk mencegah stunting. Selain itu, edukasi mengenai cara merawat anak yang sehat dan pengasuhan yang baik juga perlu dilakukan.
- Intervensi Program Pemerintah
Pemerintah Indonesia melalui berbagai program seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Program Gizi untuk Ibu Hamil dan Anak Balita, serta pendekatan berbasis masyarakat juga berupaya menurunkan angka stunting. Salah satu program yang menonjol adalah Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang memfokuskan pada pemenuhan gizi sejak kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
- Sosialisasi kepada Catin (Calon Pengantin)
Memberikan sosialisasi parenting kepada Calon Pengantin. Kesiapan calon pengantin untuk menjadi orang tua adalah aspek yang sangat penting dalam mempersiapkan pernikahan dan membangun keluarga. Menjadi orang tua tidak hanya tentang kesiapan fisik, tetapi juga kesiapan mental, emosional, dan finansial.
Stunting adalah masalah kesehatan yang serius dan memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, hingga masyarakat. Mengatasi stunting bukan hanya tentang menyediakan makanan bergizi, tetapi juga mencakup aspek kesehatan, pendidikan, sanitasi, dan peningkatan kesejahteraan ekonomi. Jika masalah stunting tidak ditangani dengan serius, dampaknya dapat dirasakan tidak hanya oleh individu, tetapi juga oleh perkembangan masyarakat dan negara secara keseluruhan. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat penting untuk mewujudkan Indonesia yang bebas dari stunting di masa depan.
Penulis : Agnes Nabilla Damanik, A.Md