Home - Pemerintah Kota Tebing Tinggi

Selamat Datang

di Website Resmi Pemerintah Kota Tebing Tinggi

Stunting itu Penting dan Genting

Stunting di Indonesia merupakan isu kritis yang membutuhkan pendekatan multi-sektoral dan menjadi permasalahan kekurangan gizi utama balita Indonesia saat ini. Stunting disebabkan karena kurangnya asupan gizi yang berkepanjangan  selama  1000  hari  pertama kehidupan  (HPK)  anak  dimana  fase  ini termasuk masa kritis dan penyakit infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan berada dibawah standar. Stunting diakibatkan oleh malnutrisi. Selain itu, kejadian stunting pada balita juga erat kaitannya dengan status kesehatan ibu pada saat hamil dan masa sesudah hamil. Indikator status gizi anak berdasarkan  indeks  tinggi  badan/usia  yang  ditetapkan  oleh  WHO.  Indikator  ini  berisi informasi   tentang   indikasi   permasalahan gizikronisdisebabkan  oleh  kemiskinan, life  style,  dan  pola  asupan  makanan yang kurang baik yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.

Meski mengalami penurunan, prevalensi stunting pada balita di Indonesia masih jauh dari target. Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menyatakan prevalensi stunting Indonesia tahun 2023 masih di angka 21.5 persen hanya turun 0.1 persen poin dari tahun 2022 yaitu sebesar 21.6 persen. Tentunya angka ini masih jauh dari mandat target 14 persen yang harus dicapai di tahun 2024 sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

Stunting    pada    balita    perlu    mendapatkan    perhatian    khusus    karena    dapat menyebabkan   terhambatnya   pertumbuhan   fisik,   perkembangan   mental   dan   status kesehatan pada anak.  Stunting  pada  anak juga berhubungan dengan peningkatan kerentanan anak terhadap penyakit. Kasus  stunting  pada  anak juga  dapat  dijadikan  prediktor  rendahnya kualitas  sumber  daya  manusia  suatu  negara.

Kejadian stunting  sangat  erat  hubungannya  dengan masalah gizi yang dapat ditemui di beberapa wilayah di Indonesia. Keluarga memiliki peranan penting dalam terjadinya kasus stunting pada anak.  Salah  satu  langkah  yang  dapat dilakukan   oleh   keluarga yaitu dengan pemberian gizi yang sesuai dengan tubuh bayi sejak janin dalam kandungan,  pemberian ASI  Eksklusif, dan  pemberian  makanan dengan gizi yang cukup serta  pola  asuh balita yang tepat.

Kesehatan  dan  gizi  merupakan  salah  satu  kebutuhan  esensial  anak  usia  dini  yang harus  terpenuhi,  dengan  hal  tersebut  diharapkan  anak  dapat  tumbuh  dan  berkembang secara  optimal  sesuai  kelompok  umur.  Perhatian  terhadap  pemenuhan  zat  gizi  anak hendaknya dimulai sejak 1.000 hari pertama kehidupan anak yaitu dimulai dari masa awal kehamilan  hingga  anak  berusia  2  tahun,  masa  ini  disebut  dengan  goldenage  yaitu  masa dimana  terjadi  pertumbuhan  dan  perkembangan  yang  pesat  pada  diri  anak.  Setelah  anak berusia  diatas  2  tahun,  pemenuhan  terhadap  asupan  zat  gizi  harus  tetap  diperhatikan karena  usia  balita  merupakan  usia  yang  rawan  terhadap  berbagai  penyakit dan  masalah gizi.

Dalam penurunan stunting, pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan sangat diperlukan. Oleh karena itu, peran tenaga  kesehatan  sangat  diperlukan  untuk  memberikan  informasi  kepada  ibu  balita/ibu hamil  untuk  memberikan  ASI  eksklusif  selama  6  bulan  agar  bayinya  tetap  sehat  dan asupan  yang  dibutuhkan dari  ASI  dapat  terpenuhi untuk  bayi.  Pola  asuh  makan  yang  diterapkan  oleh ibu    akan    berpengaruh    terhadap    pertumbuhan    dan    perkembangan    balita    karena kekurangangizi  pada  masa  balita  akan  bersifat  irreversible  (tidak  dapat  pulih),  sehingga pada  masa  ini  balita  membutuhkan  asupan  makan  yang  berkualitas.

Risiko stunting dapat dikurangi dengan asupan nutrisi yang cukup. Dilansir dari halaman resmi UNICEF, anak membutuhkan sekitar 40 jenis nutrisi berbeda untuk pertumbuhan optimal. Pencegahan stunting terbaik sebaiknya dilakukan pada masa awal kehamilan. Orang tua disarankan untuk mulai menerapkan pola makan seimbang dan gaya hidup sehat sedini mungkin. Dari awal masa kehamilan, pencegahan stunting dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan zat besi dan asam folat untuk ibu.

Untuk mencegah dan mengatasi masalah stunting di Indonesia, diperlukan langkah-langkah strategis yang efektif dan efisien, serta upaya yang masif guna mencegah kasus baru. Seperti yang disampaikan oleh Wakil Presiden RI, K.H. Ma’ruf Amin, pada Rakernas BKKBN bulan April 2024 yang lalu, bahwa diperlukan upaya ekstra yang melibatkan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja kolaboratif dari semua pihak sangat dibutuhkan.  Selain itu, dibutuhkan pendampingan dan intervensi yang intensif secara konvergen, holistik, integratif, dan berkualitas dengan focus kepada sasaran ibu hamil dan balita yang berisiko/berpotensi melahirkan stunting baru.

Presiden RI, Joko Widodo pada saat meninjau kegiatan Gerakan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting menekankan pentingnya konsolidasi dan kerja sama seluruh pihak dalam menurunkan angka stunting. Dalam rangka penyelesaian masalah Stunting ini, Pemerintah Pusat dan Daerah telah menerapkan aksi konvergensi intervensi, yang terdiri dari delapan tahapan. Selain Pemerintah Pusat dan Daerah, program penurunan Stunting ini juga perlu dukungan dan partisipasi dari masyarakat, organisasi / lembaga swasta, dan universitas, melalui gerakan masyarakat sadar stunting untuk pencegahan dan pemberantasan Stunting.

Dalam rangka menurunkan stunting di Indonesia pemerintah telah menetapkan Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Memperhatikan asupan gizi dan nutrisi bagi ibu hamil dan ibu menyusui, hal ini bisa juga dilakukan dengan memperhatikan pola makan dengan mengomsumsi jenis makanan beragam dan seimbang;
  2. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi ibu hamil, bayi dan balita;
  3. Mengatasi permasalahan anak yang susah makan dengan cara memberikan variasi makanan kepada anak:
  4. Menjaga sanitasi lingkungan tempat tinggal yang baik bagi keluarga;
  5. Memberikan edukasi dan penyuluhan bagi ibu hamil dan menyusui terkait stunting, pola asuh yang baik untuk mencegah stunting serta mendorong para ibu untuk senantiasa mencari informasi terkait asupan gizi dan nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang anak;
  6. Melakukan vaksinasi lengkap semenjak bayi lahir sesuai dengan anjuran dan himbauan IDAI.

Kegiatan atau usaha untuk merubah perilaku masyarakat dari sikap gaya hidup yang tidak sehat menuju gaya hidup sehat merupakan pekerjaan yang besar. Tidak cukup hanya dengan diberikan sosialisai, tetapi juga harus sampai kepada tingkat menumbuhkan kesadaran diri untuk menerima dan menjalankan perilaku hidup sehat. Kerja sama dalam keluarga dalam penerapan pola asuh dan pola hidup yang sehat sangat diperlukan dalam memenuhi target penurunan prevalensi stunting di Indonesia

Oleh : Dina Hairani Sinaga,S.IKom

 

 

 

Komentar
  • TERBARU
  • TERPOPULER
  • ACAK